Senin, 09 Februari 2009

NEGERI YANG ANEH
Ponari 10 thn, bocah kelas 3 SD di Jombang sudah beberapa pekan ini membuat heboh media. Dia katanya bisa menyembuhkan segala macam penyakit hanya dengan batu yang katanya pula jatuh dari langit pada saat-katanya lagi-ia disambar petir. Batu tersebut dicelupkan dalam air lalu air tersebut diminum si sakit maka sembuhlah si sakit itu. Demikian katanya.
Sungguh aneh. Di jaman teknologi informasi dan kecanggihan dunia medis masih saja banyak yang percaya dengan hal-hal yang tidak masuk akal, tidak logis, dan mengada-ada. Bagaimana mungkin sebongkah batu bisa menyembuhkan penyakit? Mungkin kalau rematik atau pegel-pegel batu itu bisa berkhasiat sebagai alat pijat.
Lalu mengapa orang-orang itu begitu percaya? Hal itu bisa jadi karena hebatnya promosi yang digembar-gemborkan dan banyaknya orang yang mengharapkan kesembuhan dengan biaya murah. Kita tidak tahu siapa yang begitu hebat mempromosikan Ponari, mungkin tetangganya yang katanya pertama diobati dengan batu itu atau keluarganya yang mengeksploitasi dengan tujuan ekonomi karena katanya setiap hari infaq yang diperoleh mencapai Rp 50 juta. Tapi yang jelas ribuan orang setiap hari rela antri berjam-jam bahkan berhari-hari hanya untuk meminum air ramuan batu. Bahkan sampai tanggal 9 Februari 2009 tercatat empat orang yang mau berobat malah tewas karena berdesakan atau kelelahan. Dan pemerintah setempat nampaknya juga tidak berbuat apa-apa hanya pihak kepolisian yang menghentikan sementara pengobatan apabila ada korban. Seharusnya pemerintah malu karena seharusnya merupakan kewajiban pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang layak dan murah kepada warganya.
Apalagi bagi yang beragama Islam seharusnya tahu bahwa dilarang mendatangi dukun, peramal atau pengobatan dengan mantra-mantra, kalung, gelang dan sebagainya karena syirik. Jadi marilah kita berfikir yang rasional dan masuk akal dan janganlah begitu mudah termakan omongan yang mengada-ada. Karena kalau tetap begitu kapan Indonesia maju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar